Jumat, 22 Maret 2013

KISAH TENTANG POHON APEL



 Alkisah ada sebuah pohon apel, yang sangat mencintai seorang bocah laki-laki. Setiap hari si bocah berlarian mendatangi pohon tersebut. Dia merangkai daunnya dan dikenakan sebagai mahkota. Kadang bocah ini memanjat atau bermain ayunan di antara dahan-dahan pohon. Saat lapar, dia juga makan buah apelnya. Setelah letih bermain, si bocah pun tertidur di keteduhan bayangan si pohon. Si bocah sangat mencintai pohon ini, dan pohon pun demikian pula. Waktu cepat berlalu si bocah tumbuh menjadi dewasa. Pohon Merasa kesepian tanpa keriangan si bocah.
Suatu hari, si bocah yang telah dewasa datang kembali di bawah pohon. "Hai anak muda, silakan naik ke badanku seperti dulu," kata pohon dengan riang. "makanlah buahku, Ayo kita bermain lagi,". Si bocah menjawab "Aku bukan anak kecil lagi, aku tidak akan memanjat pohon dan bermain seperti dulu, Aku ingin membeli mainan. Aku perlu uang, pohon. bisakah kau memberikanku uang?" "Maaf," kata  si pohon. "aku tidak punya uang, nak. Ambilah buah apel dan daunku, jual-lah ke pasar, kamu akan mendapatkan uang. Bergembiralah." Si bocah bersemangat segera memanjat dan memetik apel-apel di pohon, lalu membawanya pergi. lama sekali setelah itu si bocah tidak datang lagi. pohon merasa sedih dan sepi. . .
Hingga suatu hari, si bocah datang kembali. Pohon merasa sangat gembira hingga bergetar. "Ayo nak, naiklah ke badanku. Bermainlah seperti dulu," "Aku sangat sibuk, tidak sempat lagi bermain memanjat pohon," kata si bocah. "Aku ingin sebuah rumah untuk menghangatkan diri." Bisakah kamu memberi?" Tanya si bocah berharap. Pohon pun menjawab: "Aku tidak punya rumah, hutan adalah rumahku. Tapi kamu bisa membelah hutan dan memotong dahan-dahan ku untuk membuat rumah." Si bocah segera menebang dahan di pohon dan membawanya pergi. Namun lama setelah itu... si bocah tidak datang lagi.
Saat si bocah datang lagi, saking gembiranya pohon tidak mampu berkata banyak,"Ayo nak, bermainlah." "Aku sudah tua." bocah yang telah berumur itu melanjutkan. "Aku ingin sebuah perahu yang bisa membawaku pergi. Bisakah kau memberiku sebuah perahu?" "Tebanglah aku dan buatlah perahu. Pergilah berlayar dengan gembira," kata si pohon. Si bocah tua pun menebang kayu dan membawanya pergi.
Setelah sekian lama, si bocah tua kembali datang. Pohon berkata, "Maaf nak, tidak ada ada pun yang bisa aku berikan kepadamu lagi." Si bocah tua menjawab: "Aku pun sudah tua, yang aku butuhkan tidak banyak lagi. Aku hanya ingin tempat yang tenang untuk beristirahat karena aku sangat letih." "Tepat sekali. Aku sisa pohon yang sudah tua, sangat tepat untuk kamu gunakan untuk duduk. Mari nak, beristirahatlah di badanku," Si bocah tua pun dengan badan terbungkuk meletakkan diri di atas pohon untuk beristirahat.
Sahabat, pohon ini sama dengan Ayah atau Ibu kita. Saat mereka kesepian sendirian, saat mereka membutuhkan kita, di manakah kita, anak-anaknya berada? Semua telah diberikan kepada kita. Berapa banyak waktu yang kita sisihkan untuk mereka? Berapa perhatian yang telah kita berikan kepada mereka? Suatu hari kelak kita pun akan  menjadi seperti pohon itu. Semoga kita pun bisa menjadi pohon yang berbahagia. Walau aku hanya memiliki satu yang seperti pohon apel itu.

1 komentar: